Tuesday, December 14, 2010

Bu Haji Menulis : "Sabar"

Kutemui ia di sekolahan Razieq, TK Al-Hidayah.

Awalnya banyak anak-anak tak mau masuk ke kelasnya, menangis, menggelayut di baju ibunya, dan macem-macem polah ngambeknya.

Ada yang berlari-lari di luar kelas dan ibunya mengejarnya dengan menggendong adiknya. Membujuk-bujuk agar sang kakak mau masuk ke kelasnya. Hasilnya tetap nihil. Tapi aku pikir ini biasa untuk awal-awal masuk TK yaa beginilah.

Sudah sebulan, dua bulan berlalu, yang ngambek mulai berkurang. Tapi bocah kecil yang berlari-lari itu masih, dan sang ibu yang mengejar-ngerjarnya juga masih dengan gendongan si adik dan botol susunya.

Lucunya, semakin didekati, ia semakin lari…ke pojok lainnya, ke tempat mainan, ke taman atau bahkan ke luar. Dan sang Ibu tentunya akan berusaha mengejarnya dengan tersengal-sengal dan peluh yang menetes.

Ketika kudekati, ia berkata, “Padahal hari ini sudah pakai sepati baru… tapi ia masih belum mau juga…” ujar si Ibu dengan menghela nafas, tetapi ia tetap tersenyum.

Nah, senyum inilah yang menarik buatku. Ibu itu membujuk anaknya tetap dengan senyum, berlari-lari juga dengan senyum, terkadang tertawa melihat polah anaknya. Aku tak melihat ia memarahi atau mencubit anaknya. Dan ketika bel berbunyi, mereka tertawa-tawa bergandengan tangan pulang ke rumahnya, dengan si adik tetap digendong, mungkin sudah tertidur.

Ketika bulan ke-3, kondisi masih tetap lari-larian, aku mendekati lagi. Aku kagum dengan kesabaran si Ibu. Dengan rasa simpati, aku mencoba menghibur.

“Memang anak-anak tidak bisa kita paksakan ya, Bu… Semoga Ibu tetap sabar. Mungkin besok-besok ia sudah mau,” kataku.

Si Ibu menjawab, “Iya, Bu. Tapi ini sudah dari tahun lalu…” sambil tersenyum.

Subhanallah.

1 comment: