Thursday, December 2, 2010

Bu Haji Menulis : "Kalah"

Teringat saya dengan percakapan antara saya dengan Aldi dan Imam semester lalu pagi-pagi ba’da shalat subuh.

“Kita wajib Bu, harus Bu. Kata Pak Guru buat nambah nilai Bu,” kata Aldi dengan agak keras, mendesak saya

“Kalau nggak rapor kita bakal merah, Bu…. dan kita bisa ngga naik kelas,” Imam menimpali tak kalah semangat.

Saya masih tenang menjawab, “Masak karena berenang aja bisa nggak naik kelas…., ” sambil terus menyimak hafalan Tedy. “Tabarokallazii biyadihil……,” QS Al Mulk.

Tapi saya lirik dua anak tadi sudah mulai lemes, karena proposal mereka untuk pergi berenang dari sekolah saya tolak, tidak saya tanggapi. Kayaknya mereka kecewa.

Pagi ini kembali terulang,

“Bayarnya 23 ribu, sudah sama angkot, Bu. Kita berenang di BSD”

“Kalau saya 25 ribu,” kata Aldi nyambung.

Saya jawab santai, “Berenang kok korupsi 2 ribu?”, hehe

“Kali karena Aldi lebih gendut ya….”sambil mengawasi anak2 mengaji.

“Boleh kan Bu? Kita bisa dimarahin Pak Guru!”

“Iya Bu, nanti apa kata temen-temen,…… anak Rumah Tahfizh doang yang ngga berenang, Aldi dan Imam…”

“Kita pake celana ¾ kok Bu, ngga aurat deh, jamin, jamin Bu…”

“Boleh ya Bu, bakal gak naik kelas, deh.”

Lama-lama saya merasa terganggu karena saya sedang menyimak Aris, Rizki, Kiki,…. borongan. Saya juga melihat keduanya, Iman dan Aldi sudah ngga fokus menghafalnya, sementara waktu terus berlalu, dan nanti mereka harus berangkat sekolah.

Saya bicara, “Keputusan ibu tetap sama seperti 6 bulan yang lalu, pertimbangannya juga sama, dengerin Ibu,3 menit!” Suara saya agak tinggi, dan anak-anak semua diam.

“Pertama, BSD itu jauh! Dan kalian nggak tau berenang dimana, kolam renangnya namanya apa. Kalian mau naik angkot rame-rame. Kalau kamu ketinggalan angkot, pulangnya gimana? Apa kamu bisa pulang kesini?”

“Nggak, Bu….” menjawab pelan, dua-duanya.

“Kedua, selama berenang dengan anak yang sekian banyak, berapa guru yang mengawasi kalian? Kalau ada apa-apa bagaimana? Sementara kalian di sini mondok di Rumah Tahfizh, tanggung jawab Ibu! Ibu nggak mau setiap 6 bulan kita punya masalah berenang…berenang… dan berdebat masalah rapor apalagi aurat! Bukan pula karena masalah 23 ribu atau 25 ribu nak, tolong mengerti itu.” (tapi dalam hati saya, mahal juga sih…apalagi 2 anak, Astaghfirullah!, cepat istighfar saya).

“Bicaralah sama Pak Guru, kalau mungkin di kolam renang yang deket-deket dengan kita, di Tasya kek, di Villa Dago, Witana Harja, Mbok Berek, kan banyak! Bu Haji atau abang-abang bisa ngawasin kalian,karcisnya cuma 8 ribu, kita masuk bayar sendiri nggak apa-apa tapi hati Bu Haji tenang….”

“Terus, Ibu nggak mau kalian kenapa-kenapa. Aldi sudah 4 juz hafalannya, Imam 3 juz. (anak-anak sudah paham, ini adalah jurus andalan Bu Haji untuk melarang anak-anak…dengan membawa-bawa hafalan) Wah, naudzubillah nak… jangan sampai ada apa-apa, Ibu gak mau. Kalian penjaga Al Qur’an, dan ibu mau Bu Haji, Pak Haji menjaga kalian, jiddan jiddan, nak!”

Wah, sudah lebih 3 menit nih, kalau nyimak dapet 1 surah, pikir saya, rugi banget!

Anak-anak masih diam, tapi saya lihat Imam mencoba-coba bicara, dengan memelas, mau menangis, “ta..tapi, Bu… Sekali ini wajib untuk yang remed penjaskes”

“Iya, Bu,” kata Aldi tak kalah memelas.

“Memangnya kamu pada jelek nilai penjaskesnya?”, jawab saya, masih keras. “Berapa??”

“55”

“Nilai lulus berapa??” tanya saya dengan suara mulai turun.

“70, Bu”

“Berapa orang di kelasmu yang remed??” sambung saya.

“Semuanya….” jawab mereka serempak, masih memelas.

Hhaa………..

(Kemudian mereka saya suruh minta uang ke Bu Rom, karena saya ngga tau mau komentar apa)

No comments:

Post a Comment