Friday, December 31, 2010

Bu Haji Menulis: "Pulang"

“Assalamualaikum…. ”, pagi ini kami dikejutkan oleh suara salam yang cukup keras dan agak asing di telinga kami.
Ketika kubuka pintu, ia nyelonong langsung ke teras. Duduk di teras. Selonjoran kaki sambil menangis. “Ibu kenal nggak dengan saya? Yang sering mulung kalau malam hari”

Baru kuingat, ooo.. ini ibu yang kadang-kadang mulung tengah malam. Kadang-kadang sampai menjelang subuh, bawa-bawa anaknya masih kecil-kecil)

“Yang waktu itu saya dikasih makanan…”

“Iya, saya ingat…”, kataku. “Kan waktu itu malam-malam, jadi saya kurang jelas ‘wajah’ ibu…”. Pernah kutanya, kok malam-malam jalannya. Tak baik untuk anak-anak ibu. Katanya, kalau pagi sudah keduluan sama bapak-bapak yang lain.

Ia membagi wilayah mulungnya dengan suami dan anak-anaknya yang sudah agak besar, suatu hari ia sempat bercerita. “Kami menjual plastik-plastik dan bekas-bekas aqua masing masing Rp 8.000 per kg, dan akan kami belikan beras dan lauk pauk seadanya dengan 5 orang anak. Demikian hari ke hari, hujan angin tak peduli. Tak boleh jeda, karena jeda berarti lapar! Dan anak-anak akan menangis! Pasti itu!”

Waktu itu, kupikir ibu ini sangat kuat! Berjuang untuk keluarganya. Ia tak pernah meminta-minta, ia bekerja sekuat tenaga. Tapi ini kok menangis?

Tiba-tiba, “Ini Bu..,” ia membuka baju atasannya. Aku kaget! Ia hamil besar!

“Saya mau lahiran, mau pulang kampung. Saya akan bawa semua anak-anak saya, karena saya sudah tidak sanggup. Saya menyerah. Tolong bantu saya untuk ongkos, Bu”
Tangisnya pilu, dan
“Suami saya baru meninggal minggu lalu…” lanjutnya.

Monday, December 27, 2010

Puisi dari Ibu (at Dissa's 15th birthday)

Assalamualaikum, wr.wb

Kembali lagi dengan Dissa di sini :) Hari ini mari kita sedikit bernostalgia, ke tahun 2005. Waktu itu, Ibu Haji, ibunda tercinta, menulis sebuah puisi untuk saya sebagai kado ulang tahun ke 15. Puisi ini ditulis beliau sebelum keberangkatan saya ke Jepang.

Langit itu...
for my daughter at 15th

Langit itu bersih, nak
seperti itulah hati kita
tanpa noda atau titik bercak
harus kita jaga terus... Sampai nanti

Langit itu tenang, nak
bak air tanpa gelombang, diam
buatlah raga kita seperti itu
Tanpa riak tak perlu

Langit itu selalu tanpa cela
Jika mendung akan berlalu
Jika gelap pekat akan hapus
Walau turun berupa hujan atau angin keras menyapu
Awan putih senang di sana
Bagai kapas tebal tempat bidadari bermain

Langit itu dekat, nak
Tidak jauh seperti yang kita kira
Itulah cita-cita, langit tergapai tangan
Akan tercapai nanti, nak
Suatu hari...


26 Februari 10:30
at TK Mini

Thanks so much, Mom
I hope i could fulfill all of your expectation and prayers
Happy belated mother's day :)


Wednesday, December 22, 2010

Puisi untuk Ibu

By: M. Rizqi Ariffi

ibuku sayang,yang melahirkanku

nyawa jadi taruhan saat kau melahirkanku

jiwa & raga rela kau korbankan tuk membesarkanku

agar kebutuhanku terpenuhi


ibuku tercinta,yang juga mencintaiku

kasih sayangmu seluas samudra

cintamu yang tak pernah pudar

jasamu yang begitu besar tak pernah bisa ku balas

ku hanya bisa mengucapkan


Sunday, December 19, 2010

Bu Haji Menulis : "Janji Allah"

Janji Allah Untuk Orang Yang Selalu Berkata Baik

Allah sangat suka kepada orang-orang yang selalu berkata baik, berulang-ulang Allah menyatakannya di dalam Al Qur’anul Karim, bacaan yang mulia yang merupakan perkataan Allaw swt.

Allah menggunakan berbagai sebutan atau istilah untuk perkataan yang baik tersebut, dan Allah juga menyebutkan balasannya, ganjarannya atau hadiahnya untuk orang-orang yang selalu berkata baik. Semata-mata agar manusia tertarik atau termotivasi untuk melakukan perintah Allah tersebut. Istilah tersebut antara lain :

1. Qoulan Sadiida artinya Perkataan Yang Benar (Q.S 33/70-71)

Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaha wa quuluu Qoulan Sadiida.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa perkataan yang benar tersebut adalah perkataan yang lurus, tidak bengkok dan tidak pula menyimpang. Artinya kita tidak boleh menyatakan sesuatu yang menyakiti orang lain, bermaksud menyerang, memanas-manasi atau memiliki maksud lain yang tersembunyi dengan niat mencelakakan orang tersebut.

Kemudian Allah melanjutkan, jika kamu berkata benar, niscaya Allah akan akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.

Subhanallah, artinya jika sholat kita kurang khusyu’ akan Allah tambah kekhusyu’an kita, jika sedekah kurang ikhlas akan ALLAH beri nilai tambah untuk keikhlasan kita, juga untuk amalan lainnya, puasa kita yang tidak sempurna, kurang bakti pada orang tua,sedikit silaturrohim, dll.

2. Kalimul Thoyyibu artinya Kalimat Yang Baik (Q.S 35/10)

Ilaihi yashadul kalimutthoyyibu waamalusshoolihu yarfa’uh

KepadaNya lah naik kalimat-kalimat yang baik itu dan amal sholeh dinaikkanNya.

Maksudnya kalimat yang baik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima Allah swt. dan diberi Nya pahala. Kemudian Allah menjanjikan kemuliaan baginya.

Berarti ada keterikatan yang kuat antara kalimat atau perkataan yang baik dengan amal sholeh, Ibnu Katsir mengutip Iyas Al Qadi, “kalaulah tiada amal sholeh maka perkataan yang baik tidak akan naik”

3. Man amaro bishodaqoti artinya lisan yang menyuruh manusia bersedekah

Laa khoiro fi kasiirim min najwaahum illa man amaro bishodaqoti

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan/lisan mereka, kecuali bisikan/lisan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah.

Sesuai sabda Rosulullah saw, yang artinya tiap-tiap ucapan tasbih adalah sedekah, takbir sedekah, tahmid sedekah, tahlil sedekah, amar ma’ruf (menyuruh kepada kebaikan) sedekah, nahi munkar (menjauhi kemungkaran) sedekah..dst.

Betapa bahagianya manusia yang selalu bisa menjaga semua ucapan-ucapannya menuruh kepada kebaikan-kebaikan sehingga bernilai sedekah dimata Allah dan Allah akan memberi mereka pahala yang besar (ajron a’zhiima).

4. Wa quuluu linnaasi Husnaa artinya ucapkan kata-kata yang sopan (berguna) kepada manusia (Q.S 2:83)

Kita diperintahkan untuk selalu mengucapkan kata-kata yang berguna kepada orang lain sehingga apabila kita mengucapkan kata-kata yang tidak berguna dikhawatirkan akan menimbulkan dosa.

5. Qoulum ma’ruufun artinya Tutur kata yang sopan (Q.S 2:263)

Qoulum ma’ruufun wamaghfiratun Khoirum min shodaqotiy yakbauhaa azaa artinya tutur kata yang sopan dan pemberian maaf jauh lebih baik daripada pemberian yang menimbulkan sakit hati.

Insya Allah kita bisa termasuk seperti golongan manusia tersebut, amiin ya Robb.

Tuesday, December 14, 2010

Bu Haji Menulis : "Sabar"

Kutemui ia di sekolahan Razieq, TK Al-Hidayah.

Awalnya banyak anak-anak tak mau masuk ke kelasnya, menangis, menggelayut di baju ibunya, dan macem-macem polah ngambeknya.

Ada yang berlari-lari di luar kelas dan ibunya mengejarnya dengan menggendong adiknya. Membujuk-bujuk agar sang kakak mau masuk ke kelasnya. Hasilnya tetap nihil. Tapi aku pikir ini biasa untuk awal-awal masuk TK yaa beginilah.

Sudah sebulan, dua bulan berlalu, yang ngambek mulai berkurang. Tapi bocah kecil yang berlari-lari itu masih, dan sang ibu yang mengejar-ngerjarnya juga masih dengan gendongan si adik dan botol susunya.

Lucunya, semakin didekati, ia semakin lari…ke pojok lainnya, ke tempat mainan, ke taman atau bahkan ke luar. Dan sang Ibu tentunya akan berusaha mengejarnya dengan tersengal-sengal dan peluh yang menetes.

Ketika kudekati, ia berkata, “Padahal hari ini sudah pakai sepati baru… tapi ia masih belum mau juga…” ujar si Ibu dengan menghela nafas, tetapi ia tetap tersenyum.

Nah, senyum inilah yang menarik buatku. Ibu itu membujuk anaknya tetap dengan senyum, berlari-lari juga dengan senyum, terkadang tertawa melihat polah anaknya. Aku tak melihat ia memarahi atau mencubit anaknya. Dan ketika bel berbunyi, mereka tertawa-tawa bergandengan tangan pulang ke rumahnya, dengan si adik tetap digendong, mungkin sudah tertidur.

Ketika bulan ke-3, kondisi masih tetap lari-larian, aku mendekati lagi. Aku kagum dengan kesabaran si Ibu. Dengan rasa simpati, aku mencoba menghibur.

“Memang anak-anak tidak bisa kita paksakan ya, Bu… Semoga Ibu tetap sabar. Mungkin besok-besok ia sudah mau,” kataku.

Si Ibu menjawab, “Iya, Bu. Tapi ini sudah dari tahun lalu…” sambil tersenyum.

Subhanallah.

Thursday, December 2, 2010

Bu Haji Menulis : "Kalah"

Teringat saya dengan percakapan antara saya dengan Aldi dan Imam semester lalu pagi-pagi ba’da shalat subuh.

“Kita wajib Bu, harus Bu. Kata Pak Guru buat nambah nilai Bu,” kata Aldi dengan agak keras, mendesak saya

“Kalau nggak rapor kita bakal merah, Bu…. dan kita bisa ngga naik kelas,” Imam menimpali tak kalah semangat.

Saya masih tenang menjawab, “Masak karena berenang aja bisa nggak naik kelas…., ” sambil terus menyimak hafalan Tedy. “Tabarokallazii biyadihil……,” QS Al Mulk.

Tapi saya lirik dua anak tadi sudah mulai lemes, karena proposal mereka untuk pergi berenang dari sekolah saya tolak, tidak saya tanggapi. Kayaknya mereka kecewa.

Pagi ini kembali terulang,

“Bayarnya 23 ribu, sudah sama angkot, Bu. Kita berenang di BSD”

“Kalau saya 25 ribu,” kata Aldi nyambung.

Saya jawab santai, “Berenang kok korupsi 2 ribu?”, hehe

“Kali karena Aldi lebih gendut ya….”sambil mengawasi anak2 mengaji.

“Boleh kan Bu? Kita bisa dimarahin Pak Guru!”

“Iya Bu, nanti apa kata temen-temen,…… anak Rumah Tahfizh doang yang ngga berenang, Aldi dan Imam…”

“Kita pake celana ¾ kok Bu, ngga aurat deh, jamin, jamin Bu…”

“Boleh ya Bu, bakal gak naik kelas, deh.”

Lama-lama saya merasa terganggu karena saya sedang menyimak Aris, Rizki, Kiki,…. borongan. Saya juga melihat keduanya, Iman dan Aldi sudah ngga fokus menghafalnya, sementara waktu terus berlalu, dan nanti mereka harus berangkat sekolah.

Saya bicara, “Keputusan ibu tetap sama seperti 6 bulan yang lalu, pertimbangannya juga sama, dengerin Ibu,3 menit!” Suara saya agak tinggi, dan anak-anak semua diam.

“Pertama, BSD itu jauh! Dan kalian nggak tau berenang dimana, kolam renangnya namanya apa. Kalian mau naik angkot rame-rame. Kalau kamu ketinggalan angkot, pulangnya gimana? Apa kamu bisa pulang kesini?”

“Nggak, Bu….” menjawab pelan, dua-duanya.

“Kedua, selama berenang dengan anak yang sekian banyak, berapa guru yang mengawasi kalian? Kalau ada apa-apa bagaimana? Sementara kalian di sini mondok di Rumah Tahfizh, tanggung jawab Ibu! Ibu nggak mau setiap 6 bulan kita punya masalah berenang…berenang… dan berdebat masalah rapor apalagi aurat! Bukan pula karena masalah 23 ribu atau 25 ribu nak, tolong mengerti itu.” (tapi dalam hati saya, mahal juga sih…apalagi 2 anak, Astaghfirullah!, cepat istighfar saya).

“Bicaralah sama Pak Guru, kalau mungkin di kolam renang yang deket-deket dengan kita, di Tasya kek, di Villa Dago, Witana Harja, Mbok Berek, kan banyak! Bu Haji atau abang-abang bisa ngawasin kalian,karcisnya cuma 8 ribu, kita masuk bayar sendiri nggak apa-apa tapi hati Bu Haji tenang….”

“Terus, Ibu nggak mau kalian kenapa-kenapa. Aldi sudah 4 juz hafalannya, Imam 3 juz. (anak-anak sudah paham, ini adalah jurus andalan Bu Haji untuk melarang anak-anak…dengan membawa-bawa hafalan) Wah, naudzubillah nak… jangan sampai ada apa-apa, Ibu gak mau. Kalian penjaga Al Qur’an, dan ibu mau Bu Haji, Pak Haji menjaga kalian, jiddan jiddan, nak!”

Wah, sudah lebih 3 menit nih, kalau nyimak dapet 1 surah, pikir saya, rugi banget!

Anak-anak masih diam, tapi saya lihat Imam mencoba-coba bicara, dengan memelas, mau menangis, “ta..tapi, Bu… Sekali ini wajib untuk yang remed penjaskes”

“Iya, Bu,” kata Aldi tak kalah memelas.

“Memangnya kamu pada jelek nilai penjaskesnya?”, jawab saya, masih keras. “Berapa??”

“55”

“Nilai lulus berapa??” tanya saya dengan suara mulai turun.

“70, Bu”

“Berapa orang di kelasmu yang remed??” sambung saya.

“Semuanya….” jawab mereka serempak, masih memelas.

Hhaa………..

(Kemudian mereka saya suruh minta uang ke Bu Rom, karena saya ngga tau mau komentar apa)